Selasa, 28 Juli 2015

Terbang Ala Iron Man di Atas Laut Singapura

Selasa, 28 Juli 2015
Di Singapura, traveler bisa merasakan sensasi terbang di atas laut dengan mesin jet air bagaikan Iron Man. Ketinggiannya pun tak hanya terbatas 1-2 meter, melainkan bisa sampai 10 meter. Berani coba?

Pada era modern ini, fasilitas olahraga air semakin canggih dan menantang. Kalau sedang liburan di Singapura dan ingin merasakan sensasi terbang di atas laut, cobalah datang ke Pantai Siloso di Sentosa Island. Di sana ada mesin jet air yang siap membawa traveler terbang tinggi di angkasa.

Ditengok detikTravel dari CNN, Selasa (7/7/2015), fasilitas mesin jet air disediakan oleh SeaBreeze Water Sports, perusahaan penyedia alat olahraga air asal Hawaii, AS. Mesin jet tersebut bisa disewa oleh turis.

Dua mesin jet air digabungkan dan didesain sedemikian rupa agar mudah digunakan wisatawan. Alat yang berwarna hitam itu akan dipasangkan di badan seperti ransel, dan dihubungkan dengan mesin semacam papan luncur yang akan mengambang di permukaan laut.

Setelah alat dipasang, Anda akan meluncur hingga sedikit menjauh dari pantai kemudian mulailah terbang setinggi-tingginya. Jika baru pertama kali mencoba dan merasa kesulitan, ada pelatih profesional yang siap membantu wisatawan.

Setiap turis bisa terbang di atas laut selama 45-60 menit dengan mesin jet air SeaBreeze. Harganya mulai dari USD 228 (Rp 3 juta) per orang untuk satu jam. Mesin jet air bisa disewa setiap hari sejak pukul 10.30-19.00 waktu setempat. Selamat mencoba!

by detik

Sabtu, 11 Juli 2015

Jalan Jalan Ke Pulau Tidung

Sabtu, 11 Juli 2015
Long weekend emang yang paling ditunggu-tunggu. Saya dan suami sebenarnya belum punya rencana fix mau mengisi liburan kemana. Biasanya kami ke Bandung. Tapi kami lagi ingin berpetualang berdua ke tempat baru. Suami lagi ingin liat pantai, saya juga ingin merilekskan pikiran liat panorama hijau dan biru (katanya warna hijau itu menenangkan lho! Mangkanya kalau stres, banyak-banyak liat yang berwarna hijau).

Kamis malem kami belum ada ide mau kemana, hehe.. udah ada bayangan pengen ke Pulau Seribu, tapi kami buta arah, ga pengalaman, dan udah sangat terlambat untuk mesen ke agen travel wisata, biasanya agen menampung pesanan minimal seminggu sebelumnya-lah.

Jumat subuh kami mulai memutar otak dan googling sana-sini, thanks to Google we can do quick search and research, kami ngeliat pemberangkatan kapal ke Pulau Seribu, rute perjalanan ke pelabuhan, penginapan, dll. Akhirnyaaa.. dengan bermodalkan nekat kami siap berangkat! Ini juga sih serunya, tanpa itinerary dan tanpa gambaran, hehe.. tantangan bo!

Buat yang mau jalan-jalan ke Pulau Seribu, khususnya Pulau Tidung, sebenarnya ga perlu takut kalo mo membolang sendiri, tanpa travel agen, karena sebenernya kita bisa cari-cari jalan sendiri dan lebih bebas mengatur perjalanan kita. Ongkos ke sana pun sebenarnya ga terlalu mahal kok.

Jadi begini perjalanan kami…

Dari informasi yang kami dapat kalau mau ke Pulau Seribu bisa dari Marina Ancol atau dari Pelabuhan Muara Angke. Dari Marina Ancol biasanya kapalnya lebih bagus dan tentunya gak perlu menghirup polusi bau amis, catatan penting: Angke tu bauuu pisannn . Tapi enaknya di Angke ini lebih banyak kapal-kapal yang ada untuk berangkat, dari Marina cuma keberangkatan pagi saja. Kami memutuskan untuk naik kapal dari Angke biar lebih aman. Katanya untuk pemberangkatan ke Pulau-pulau Seribu, seperti Pulau Pramuka, Pulau Tidung, dll ada 2 kali pemberangkatan (terutama kalau hari libur), jam 07.00 dan jam 13.00. Kami mengejar keberangkatan kapal siang hari.

Tantangan berikutnya: nah lho, dari Bekasi bisa sampai ke Pelabuhan Angke gimana yaa?

Saya inget rute KRL ada yang sampai ke stasiun Angke. Akhirnya nekat juga kami berangkat. Jam 8 pagi perjalanan kami dimulai berbekal ransel bak Dora (tapi gak pake peta) dan perbekalan secukupnya. Di stasiun Bekasi kami cari kereta dengan jam berangkat paling cepat. Ternyata yang ada paling cepet kereta ekonomi, yawes ambil aja, cuma Rp1.500, kami bisa sampai di Stasiun Jatinegara. Setelah tanya petugas kereta untuk ke Stasiun Angke, kami bisa lanjut naik kereta yang ke arah Depok. Nanti kereta ini lewat ke Stasiun Angke (kami juga ga beli tiket lagi, murah banget kan Rp1500 bisa sampai ke Stasiun Angke, hehe.. Kalau yg AC harganya Rp6.500).

Udah sampai di Angke sebenarnya kami gatau ke Pelabuhan Muara Angke naik apa, modal muka tebal, nanya-nanya lagi, ternyata harus naik 2x angkutan umum, dari stasiun naik angkot merah, turun di perempatan Jembatan Dua, deket kok sebenernya. Lanjut naik angkot merah lagi yg jurusan Grogol-Muara Angke. Nanti si angkot ini berhenti terakhirnya di Pelabuhan. Baru deh udah kecium bau-bau “sedeeph” tandanya kita udah sampe.

Sekitar jam 10 kurang kami sampai di pelabuhan, kayak anak ilang, nanya-nanya lagi ini kemana yang tempat berangkat kapal, terus mana yang ke Pulau Tidung. Pas banget kami nemu kapal yang mau ke Tidung, loncat deh kami ke kapal, gak lama setelah pantat kami nancep di bangku kapal, eh kapalnya jalann… what a coincidence! Untung aja masih dapet kapal. Ternyata kalau long weekend gini mungkin keberangkatan kapalnya lebih banyak, jam 10 kita udah berlayar.

Perjalanan dengan kapal tradisional ini memakan waktu 2,5 jam, paling cepet 2 jam. Kalau dengan kapal lumba-lumba katanya sih lebih cepet. Tarif kapal ini Rp33.000 per orang. Enaknya pilih tempat duduk di atas atau di depan dek biar bisa liat pemandangan bagus selama perjalanan, lautnya tenang, ada burung, ada ikan yang loncat-loncat (gatau nama ikannya apa), cumaaa ati-ati panassss mataharii! bisa gosong ntar, pake sunscreen, sunblock, dan kacamata item sangat membantu (bukan gegayaan lho kacamata item teh). Oya bawa bekel minum sama snack, karena pasti kelaperan di jalan.

Sampai di sana, kami nyari-nyari homestay. Di sana penginapannya semua dari rumah penduduk. Ada yang nyewain kamar aja, ada yg rumah, ada yang paviliun kecil, banyak pilihannya. Kalau sama travel agen enaknya kita udah dianter dan disediain tempat, repotnya kita harus cari-cari ndiri. Sebelumnya kami udah telepon ke salah satu homestay di Tidung, random itu juga, liat di google, ada beberapa nama, dan akhirnya kami telpon ke Kautsar homestay (suami bilangnya, kayanya namanya Kautsar ini agak terpercaya deh, hehe). Alhamdulillah setelah nyari-nyari penginapan ini sampai sempet nyasar, akhirnya ketemu juga, bapaknya baik dan tempatnya juga oke. Ada AC, tv, kamar mandi, dan ruangannya luas lagi, sebenernya ini lebih cocok kalau untuk pergi rame-rame sama temen, soalnya lega dan bisa lebih hemat. Oya semalamnya Rp250.o00. Kami ga sempet survey untuk cari penginapan lain, udah cape, panas, dan ingin cepet-cepet maiiinn. Sebenernya kalau mo dicari lagi masih bisa dapet yang sesuai selera, ga usah takut kehabisan penginapan kok. Emang lebih amannya ya telepon dulu untuk booking sebelum sampai di sana.

Ga buang waktu, kami langsung cabut ke spot utamanya. Pantai, laut, jembatan cinta. Kami langsung ber-uwooohh-uwoooh-Subhanallah..

Lanjut kita balik ke spot utama, ga tahan pengen basah-basahan akhirnya kami main banana boat. Tarif perorangnya Rp35.000 sekali naik dan dua kali diceburin, hehe. Ga lupa sempet juga naik kano Rp50.000/2 orang selama 30 menit. Banana boat ini banyak diminati, ga usah takut pas diceburin dari boatnya, kan pake pelampung :P. Pengen lanjut snorkeling tapi udah sore, sayang kalau sewa dari sore, karena jam sewanya cuma sampai jam 18.00. dan dengan Rp35.000 itu alat snorkeling bisa dipake sehariannn! Kami jadwalkan snorkeling besok pagi sampai puasss.

Sudah hampir magrib kami pun pulang ke penginapan, bersih-bersih, dan siap nyari makanaaaann: seafood sasaran kami. Tarif makanannya relatif ga mahal juga, satu porsi udang atau cumi Rp20.000, ada juga sate kedong-kedong, haha.. ini kami belum pernah coba. Kedong-kedong itu yang kaya gini:

Citilink Kembali Terbang dari Denpasar dan Lombok

“Hal ini didasarkan pada pemberitahuan (NOTAM) dari otoritas bandara yang mengizinkan maskapai untuk menerbangi kembali bandara tersebut. Ditambah data-data satelit mengenai sebaran abu vulkanik dan pengamatan langsung di lapangan. Sehingga diputuskan untuk terbang,” kata President & CEO Citilink Indonesia Albert Burhan di Jakarta, Sabtu (11/7/2015)

Albert menjelaskan keputusan manajemen untuk terbang setelah tim crisis center memperhitungkan faktor safety atau keamanan dan keselamatan penerbangan. Baru setelah semua informasi lain yang dibutuhkan masuk dengan cepat, maka dengan segera mengeluarkan kebijakan untuk kembali menerbangi Bali dan Lombok.

Menurut rencana, penerbangan sudah mulai dilakukan kembali oleh Citilink untuk rute-rute dari Jakarta-Denpasar (PP), Surabaya-Denpasar (PP) di atas pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 WITA. Total jumlah penerbangan yang akan berlangsung pada sore hari sebanyak empat penerbangan.

Sementara itu, seluruh penerbangan Citilink ke dan dari Lombok pada Sabtu pagi ini sudah berlangsung lebih dulu ketimbang Bandara Denpasar, yakni sejak pukul 08.00 waktu setempat. Citilink melayani tiga kali penerbangan pulang pergi (PP) ke Lombok, yaitu Surabaya-Lombok (dua kali sehari) dan Bandung-Lombok (satu kali sehari).

“Citilink memantau secara intensif perkembangan letusan Gunung Raung termasuk analisis risiko yang akan diambil untuk melakukan penerbangan. Jika situasi semakin membaik dan erupsi juga semakin mereda, maka Citilink berharap sudah bisa kembali terbang secara penuh pada keesokan hari,” ungkap Albert.

Sehari sebelumnya Citilink membatalkan 27 perbangan dari dan ke Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar dan Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara barat, akibat sebaran abu vulkanik yang dinilai membahayakan penerbangan dari dan menuju Bali dan Lombok. (Yas/Ndw)

Akhibat pembatalan sebelumnya, permintaan atas travel dari surabaya ke Bali kian meningkat dan terjadi lonjakan penumpang yang signifikan.